Mr. Shegy_O





Senin, 11 Mei 2009

Pendidikan Agama

Perbedaan Konsep Keselamatan Agama Islam Dan Kristen

A. Konsep Keselamatan Menurut Agama Islam

Umat Islam berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah nabi yang terakhir dan beliau adalah penutup para nabi dan Al Qur'an adalah kitab suci yang terakhir, serta agama Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah Swt. dan agama yang telah disempurnakan-Nya. Dasarnya adalah sebagai berikut :

a) Nabi Muhammad penutup para Nabi
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Qs 33 Al Ahzaab 40)

b) Nabi Muhammad diutus untuk menjadi rahmat semesta alam
Dan tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) melainkan rahmat bagi semesta alam.

c) Nabi Muhammad, Al Qur’an dan agama Islam dimenangkan oleh Allah Swt.
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.

d) Islam agama yang sah disisi Allah
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab, kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Qs 3 Ali Imran 19)

e) Tidak ada keselamatan selain dalam Islam
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Qs 3 Ali Imran 85)
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (Qs 3 Ali Imran 83)

f) Islam agama yang sempurna dan diridhoi
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs 5 Al-Maidah 3)

g) Al Qur'an adalah kitab suci yang sempurna
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui. (Qs 6 Al An'aam 115)

Jadi berdasarkan ayat-ayat Al Qur'an di atas, keselamatan itu hanyalah ada di dalam Islam, dan manusia harus menjadi pengikut Nabi Muhammad yang di beri Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman.


B. Konsep Keselamatan Menurut Agama Kristen

Berita kematian Tuhan Yesus oleh Yohanes ditulis berbeda dari ketiga Injil yang lain. Matius, Markus dan Lukas, mencatat secara historis dan jelas bahwa Anak Manusia akan ke Yerusalem, mati dibunuh dan bangkit pada hari ketiga; Yohanes justru memulai dari “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal“ (Yoh. 12:25). Tidak ada kalimat langsung yang menunjukkan bahwa Yesus mati dibunuh dan bangkit pada hari ketiga. Namun, kata “ditinggikan dari bumi“ di ayat 32 menunjukkan cara kematian Tuhan Yesus, yaitu digantung/disalib.
Secara figuratif Tuhan Yesus mulai membukakan misiNya di bumi tetapi ironisnya ketika misi ini diberitakan, orang-orang yang katanya “beragama“ tidak mau mengerti dan justru melawan Kristus. Salah satu problematik manusia memahami kebenaran Firman dan keselamatan adalah cara Tuhan dirasa oleh manusia tidak logis. Seperti kisah berikut yang dialami oleh orang “beriman“ ketika bencana banjir melanda. Sebagai orang beriman, ia tahu Tuhan akan menolongnya tapi sayang pertolongan Tuhan yang datang melalui teman, perahu karet dan helikopter tidak disadarinya. Manusia merasa diri pandai sehingga cara Tuhan menyelamatkan pun haruslah sesuai dengan konsepnya.
Yang menjadi pertanyaan adalah siapakah manusia? Apakah ia ateis karena menyamakan konsep Tuhan dengan konsepnya? Tidak! Bukankah orang Yahudi dan orang Parisi termasuk orang yang religius? Bukankah mereka taat menjalankan hukum Taurat? Mereka sulit menerima Firman yang menjadi manusia dan diam di antara kita (Yoh. 1:14). Kalau Yesus adalah Mesias yang menurut hukum Taurat tidak dapat mat; bagaimana mungkin Ia harus ditinggikan? Hal tersebut dirasakan tidaklah cocok dengan logika manusia maka dengan nada mengejek mereka bertanya siapakah Anak Manusia itu? (Yoh. 12:34). Gejala ini disebabkan karena:

1. Motivasi yang salah dalam memahami Firman mengakibatkan:

a. Mesias dimengerti sebagai Raja Duniawi.
Patut kita ketahui, bangsa Yahudi dijajah bangsa Romawi yang tidak mempedulikan masalah rohani sepanjang hal rohani tersebut tidak menganggu stabilitas politik. Bangsa Yahudi pernah dijajah bangsa lain silih berganti mulai 70 AD sampai 1948; namun demikian mereka dapat bersatu kembali dan mendirikan negara Israel . Mereka menjaga ketat ke-Yahudi-an dengan menjalankan hukum Taurat dan ritual agama. Maka tidaklah mengherankan dimana ada orang Yahudi di sana pasti ada synagoge. Sayangnya, mereka mengerti Taurat dengan motivasi salah.
Iman sejati seharusnya membawa manusia pada kebenaran sejati; taat Firman Tuhan sehingga kita semakin mencintai Tuhan dan sesama. Beragama bukan hanya sekedar melakukan perbuatan baik. Yang menjadi pertanyaan benarkah orang beragama mau berbuat baik tanpa mengharapkan imbalan? Orang berbuat baik umumnya karena ada motivasi demi untuk keuntungan diri sendiri. Bahkan orang Yahudi, orang yang paling religius karena bersembahyang tujuh kali dalam sehari ternyata ada motivasi lain yang melatarbelakangi. Mereka berharap Mesias datang untuk membebaskannya dari penjajah dan mendirikan kerajaan duniawi seperti jaman Daud dan Salomo.
Sampai hari inipun mereka masih merindukan Mesias sebagai Raja dunia dan membentuk suatu gerakan yang disebut gerakan zionisme. Gerakan ini memanipulasi agama menuju pada pemikiran orang Kristen yang ada di Perjanjian Baru untuk kepentingan negara Israel secara politis. Hal inilah yang menjadi penyebab tidak ada damai di negara Israel , mereka selalu berperang demi untuk mewujudkan kerajaan duniawi yang mereka impikan. Hati-hati jangan terjebak dengan pemikiran orang Kristen harus membela orang Israel supaya kerajaan Daud dapat didirikan seperti tertulis dalam Alkitab. Ingat, kekristenan sama sekali tidak berhubungan dengan kerajaan Israel . Alkitab mencatat perjanjian Allah dengan bangsa Israel sudah diberhentikan dan sebagai gantinya gereja Tuhan menjadi “Israel Baru“. Kerajaan Kristus janganlah dimengerti sebagai kerajaan duniawi tapi kerajaan rohani. Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi dan bertumbuh menjadi pohon sehingga burung dapat bersarang pada cabang-cabangnya (Mat. 13:32). Wilayahnya meliputi orang Kristen yang berada di seluruh dunia, di setiap jaman dan di segala bangsa. Konsep keselamatan sejati ini bertentangan dengan konsep manusia yang lebih mementingkan materi daripada hal rohani dan bersifat ilahi. Alkitab mengatakan Yesus akan ada selama-lamanya maka bukan berarti tubuh jasmani Kristus tidak akan mati. Namun Firman Tuhan berjanji Kristus yang mati akan bangkit dan menang, Kristus tidak akan pernah mati secara rohani; Dia akan hidup selama-lamanya di surga dan bersifat kekal.

b. Beragama untuk menghindar dari penghukuman.
Apa yang menjadi tujuan orang beragama? Erich Fomm berpendapat jangan bertanya pada seseorang apakah dia beragama atau tidak tapi bertanyalah kepercayaan seperti apakah yang dia miliki? Karena setiap orang pasti punya kepercayaan walau agama tersebut hanya ada di pikirannya sendiri. Celakanya, kepercayaan tersebut dianggap sebagai kebenaran. Agama juga dipakai sebagai kedok demi untuk mencapai kepentingan diri sendiri. Pada tahun 1965, pemerintah mengeluarkan peraturan setiap orang harus beragama demi untuk menghindari pemberontakan G30S/PKI supaya tidak terulang lagi; secara kuantitas orang beragama menjadi bertambah. Ketakutan akan penghukuman menjadi motivasi pertama orang beragama walau sebenarnya mereka tidak mengerti esensi agama yang dianutnya. Iman kepercayaan mereka mudah sekali diombang ambingkan; agama tidak lain seperti sebuah pasar, orang mempertimbangkan agama yang menguntungkan.
Iman Kristen bukanlah iman yang menawarkan janji-janji muluk tapi iman Kristen menuntut kita untuk kembali ke natur manusia sejati. Ingat, manusia bukan Tuhan sehingga tidak berhak mendikte Dia dan manusia juga bukan binatang karena itu jangan bertingkah laku dan bermoral seperti binatang. Hendaklah kita menyadari status kita di dunia, kita tahu dengan jelas ordo tertinggi ada di tangan Allah. Jadi, otoritas kebenaran Firman bukan terletak di logika manusia, Tuhanlah pemegang otoritas tertinggi. Alkitab mengatakan kalau Anak Manusia ditinggikan maka Ia akan menarik semua orang datang kepadaKu (Yoh. 12:32). Dan kalau kita dapat menjadi orang Kristen itu karena Tuhan yang memilih bukan karena kepandaian kita.

c. Gereja menjadi sarana untuk menyalurkan ambisi diri.
Calvin menegaskan orang yang tidak mengenal Allah sejati pasti tidak dapat mengenali diri secara tepat. Hanya dengan taat Firman dan menundukkan diri pada kebenaran sejatilah kita dapat menjadi manusia sejati yang sesuai dengan gambar dan rupa Allah.
Gereja Tuhan menjadi tempat dan ajang motivasi-motivasi yang tidak beres. Setiap usul baik untuk mengembangkan gereja hendaklah kita evaluasi benarkah demi untuk kemuliaan nama Tuhan ataukah untuk kepentingan diri sendiri? Sebagai orang beriman, mempunyai motivasi murni bukan hanya di saat melayani saja tapi hendaklah di segala bidang sehingga kita dapat menjadi saksi bagi dunia. Sudahkah kita mengevaluasi diri kita? Ingat, Tuhan mengetahui setiap hal yang kita lakukan maupun setiap hal yang kita pikirkan (Maz. 139). Hal ini seharusnya membuat kita takut akan Tuhan.
Setiap ide yang kita miliki demi untuk mengembangkan gereja haruslah diuji terlebih dahulu, benarkah itu kehendak Tuhan ataukah hanya sekedar ambisi kita sendiri? Kalau memang kehendak Tuhan maka langkah selanjutnya orang yang mempunyai usul tersebut harus menjalankannya terlebih dahulu walau untuk hal tersebut ia harus berkorban. Sebab kita telah bergumul sehingga lebih memahami beban yang Tuhan berikan tersebut daripada orang lain kalau perlu mereka tidak perlu tahu. Manusia yang mencari kepentingan diri sendiri maka ia akan berakhir dengan kebinasaan kekal. Seperti pokok anggur yang tidak berbuah, ia akan dibuang ke luar lalu dibakar (Yoh. 15:6).

2. Dengan motivasi murni, kita akan berparadigma benar sehingga kita mempunyai interpretasi tepat.
Tidak ada satu manusia pun di dunia dapat melihat segala sesuatu dengan murni tanpa menggunakan paradigma atau kerangka berpikir. Orang yang mengatakan bahwa ia melihat sesuatu tanpa menggunakan paradigma, hal tersebut sudah merupakan paradigma, bukan? Jika kita melihat sesuatu dengan menggunakan kacamata berwarna merah maka obyek yang kita lihat pasti berwarna merah. Berarti segala sesuatunya tergantung dari kacamatanya. Seperti halnya dengan orang yang telah berprasangka jelek terlebih dahulu maka ketika ada orang lain berbuat baik ia selalu memandang kebaikan tersebut sebagai suatu kejahatan. Hal apa yang muncul dalam pikiran kita tentang kalimat “Percaya Kristus maka engkau akan diselamatkan“? Apakah tentang hidup bahagia dan tidak ada air mata di surga? Kalau memang demikian berarti kita egois sebab surga hanya untuk kepentingan kita. Ingat, kita diselamatkan karena kasih karunia... untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya dan Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya (Ef. 2:8-10).
Konsep yang salah tentang percaya Tuhan pasti selamat menjadi penyebab kerusakan moral orang Kristen. Sebab mereka akan berbuat hal-hal yang tidak menyenangkan hati Tuhan karena toh tetap selamat. Ada juga pendapat yang mengatakan hanya dengan mengaku dosa maka kita akan disucikan; dosa kita yang semerah kirmizi akan disucikan menjadi seputih salju (Yes.1:18). Salah! Itu pikiran orang yang mempunyai motivasi buruk; yang belum diubahkan sehingga cara menginterpresikannya tidak tepat. Jangan mengulang kesalahan yang sama seperti yang dilakukan orang Yahudi, yaitu Mesias akan membebaskan mereka dari jajahan Romawi, hidup sejahtera dan berkuasa.
Bangsa Yahudi mengira Yesus adalah Mesias karena dengan mata kepala sendiri mereka melihat kuasa Yesus yang meredakan angin ribut, menyembuhkan penyakit dan memberi makan ribuan orang hanya dengan lima roti dan dua ikan. Bahkan sampai Tuhan Yesus sudah mau naik ke surga orang-orang masih mempertanyakan kapan Engkau menggenapkan kerajaanMu di dunia? Itulah akibat motivasi buruk dan paradigma yang salah sehingga cara menginterpretasikan pun salah. Tugas anak Tuhan hanyalah menjadi saksi bagiNya. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu... Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:19-20). Manusia seringkali menuntut janji-janji Tuhan tapi tidak mau melakukan perintahNya. Jika kita taat akan FirmanNya , Ia pasti akan menggenapi janji-janjiNya pada kita.
Kita tidak akan mengerti keselamatan sejati bila interpretasi kita salah. Kita juga tidak akan mengerti kenapa Tuhan Yesus Anak Allah pemilik alam semesta harus mati di atas kayu salib? Kenapa Ia harus disiksa? Bedosakah Ia ? Tidak! Semua itu Dia lakukan semata-mata karena kasih; bahkan Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2Kor. 5:21).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon beri komentar yang bersifat menguntungkan banyak pihak..

>